Jumat, 01 Mei 2020
Covid-19 dan Hilangnya Aktivis
Corona virus disease 2019 atau yang dikenal dengan sebutan covid-19 berhasil menjadi buah bibir khalayak. Betapa tidak, sepak terjangnya yang begitu mengerikan mengancam seluruh sendi kehidupan baik secara personal maupun kolektif.
Hal ini tentu membuat sebagian orang merasa panik dan dihantui bayang-bayang kematian sebab setiap hari kabar kematian yang ditampilkan stasiun televisi maupun media lainnya tidak sedikit merupakan berita duka yang disebabkan oleh virus ini, entah dari kawasan mana lagi, dari kota apa lagi, dan dari negara mana lagi berita duka ini datang tanpa henti.
Seluruh aktivitas tampak berjalan pincang, ditambah dengan kebijakan social distancing dan fisical distancing yang menjadikan kita benar-benar lumpuh, tidak terkecuali dengan keseharian para aktivis.
Aktivis yang bergerak di jalanan (demonstran) seakan mati terpapar virus. Kesehariannya yang mengguncang jalanan dengan suara lantang dan masa aksi yang begitu menggelegar tak bisa berbuat apa-apa. UU tentang hak menyuarakan pendapat di muka umum terasa tak berguna lagi lantaran adanya pembatasan sosial guna pemutusan rantai penyebaran covid-19. Perihal ini kita bisa saksikan saat 12 masa aksi diamankan oleh kepolisian saat menggelar aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Sultra. Senin (23/3/2020)
Situasi yang demikian menjadi peluang besar bagi para pemangku jabatan. Banyaknya aturan yang tidak masuk akal bermunculan Mulai dari Kebijakan PSBB, BLT, Kartu pra kerja, sampai kepada berita 500 TKA yang akan didatangkan ke Indonesia.
Dari keseluruhan kebijakan tersebut tidak ada yang tidak melahirkan polemik di tengah masyarakat. Namun apa daya masyarakat tidak memiliki power yang cukup untuk melawan. Kekuatan terbesar mereka yang menjadi media penyambung lidah itu kian menghilang.
Sementara yang bergerak dalam pena (tulisan) dianggap tidak efisien karena hasil tulisan tidak sampai kepada pihak yang dituju belum lagi persoalan kuantitasnya yang sangat minim.Tragedi ini menjadi sesuatu yang membuat kita mesti bermuhasabah dan memikirkan amunisi yang akan dijadikan serangan balik pasca virus ini.
Sebagai penutup mari kita sama-sama berdoa semoga pandemi ini lekas berakhir dan mari berusaha aksi lewat coretan dengan harapan bahwa tulisan kita tidak sia-sia dan bisa sampai kepada para elit politik yang berwenang, karena berbicara soal aksi tidak bisa kita takar untuk bagian demonstran saja, tetapi juga bagian dari tulisan.
Oleh: Muhamad Ilham
Langganan:
Postingan (Atom)